Sidoarjo - Tim SAR Gabungan mulai mengerahkan alat berat untuk mengevakuasi reruntuhan gedung tiga lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, pada Kamis 2 Oktober 2025. Sebanyak lima unit crane dan 30 truk pengangkut material didatangkan ke lokasi untuk mempercepat pencarian korban yang masih tertimbun.
Kepala Subdirektorat Pengerahan dan Pengendalian Operasi (Kasubdit RPDO) Basarnas, Emi Freezer, mengatakan pengerahan alat berat merupakan langkah penting setelah upaya manual dinilai kurang efektif untuk mengangkat material.
“Ada lima crane, kemudian 30 dump truck, lalu juga 30 unit ambulans transportasi, serta alat penerangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan dalam proses pencarian,” kata Emi di sela-sela operasi evakuasi.
Sementara itu, Emi menjelaskan mekanisme penggunaan crane dilakukan secara hati-hati. Petugas akan menurunkan sling (tali baja) pada bagian material yang akan diangkat, kemudian memotong atau menahan komponen bangunan yang masih saling terhubung, sebelum secara perlahan dipindahkan ke dump truck.
Meski alat berat telah dikerahkan, Emi menegaskan bahwa proses evakuasi dan recovery korban tidak akan dilakukan selama 24 jam penuh.
Sementara Palang Merah Indonesia (PMI) dan unsur gabungan lainnya akan memaksimalkan pencarian hanya pada siang hari. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan faktor keselamatan petugas dan kondisi pencahayaan di lapangan.
“Perencanaannya tidak sampai malam. Kecuali bila ada dinamika di lapangan yang mendesak, maka akan dikonsultasikan lebih lanjut. Pertimbangan utamanya tetap keselamatan,” ujarnya menambahkan.
Terkait antisipasi korban, Emi mengungkapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menurunkan sekitar 300 body bag (kantong jenazah). Jumlah ini disiapkan untuk mengantisipasi kondisi terburuk dan prosedur identifikasi forensik.
Menurut dia, dalam peristiwa besar, kerap ditemukan bagian tubuh korban yang terpisah akibat himpitan bangunan.(bank)
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!